Penentuan TSS secara
Gravimetri
Padatan tersuspensi adalah padatan atau
bahan-bahan yang tersuspensi dengan diameter > 1 μm yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil daripada sedimen misalnya tanah liat, bahan-bahan organik
tertentu, sel-sel mikroorganisme, jasad-jasad renik, lumpur, pasir halus dan
sebagainya yang disebabkan oleh kikisan tanah yang terbawa ke badan air. Air buangan
industri mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat
bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Air buangan industri-industri
makanan, terutama industri fermentasi dan industri tekstil sering mengandung
padatan tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi (Effendi, 2003). TSS merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi sebagai
bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan
produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003).
Sugiharto (1987) mendefinisikan sebagai
jumlah berat dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikrometer. Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat
menimbulkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju fotosintesis
fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menurun, yang pada akhirnya
menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai makanan.
Kekeruhan dapat mempengaruhi
kualitas perairan dan berdampak pada jumlah padatan tersuspensi. Nilai padatan
tersuspensi sebanding dengan nilai kekeruhan apabila keduanya memiliki nilai
yang tergolong tinggi. Hal ini dapat dikatakan bahwa padatan tersuspensi
berkorelasi positif terhadap kekeruhan, semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi maka nilai kekeruhan semakin tinggi pula (Effendi, 2003).
Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik,
akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air dan akhirnya akan berpengaruh
terhadap proses fotosintesis di perairan (Effendi, 2003). Jika pada padatan
tersuspensi berupa bahan organik dengan kadar yang tinggi, proses pembusukan
sangat mungkin terjadi sehingga akan menurunkan atau menghabiskan oksigen
terlarut dalam perairan. Bahan mineral dan organik tersuspensi dapat menjadi
endapan yang menutupi dasar aliran sehingga menyebabkan kematian pada tumbuhan
dan hewan perairan (Klein, 1971).
Pengujian Total Suspended Solid (TSS) dapat dilakuan secara gravimetri.
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan
cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain
(Rivai,1994). Prinsip pengujian TSS berdasarkan SNI 06-6989.3-2004 yaitu contoh
uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu
yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu
103°C sampai dengan 105°C.
Prinsip analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif
berdasarkan berat tetap (berat konstan). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa
yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar
analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang
dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan stabil, sehingga dapat diketahui
berat tetapnya saring (Rohman dan Ginanjar, 2007).
Syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar gravimetri berhasil menurut Day dan Underwood (2002) yaitu:
1.
Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas
analit yang tak terendapkan secara analisis
tidak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang,
dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).
2.
Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni atau hampir murni.
Bila tidak, akan diproleh hasil yang tidak valid.
Tahap-tahap pengukuran dalam metode gravimetri antara lain
pengendapan, penyaringan, pencucian endapan, pengeringan dan penimbangan.
Pengendapan bertujuan untuk mengendapkan analit yang akan ditetapkan dari
larutannya dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukar larut, sehingga
tidak ada yang hilang selama penyaringan, pencucian endapan, pengeringan dan
pemanasan. Penyaringan bertujuan untuk mendapatkan endapan yang bebas atau
terpisah dari larutan (cairan induk) nya. Pencucian endapan bertujuan untuk
membersihkan endapan dari cairan induknya yang selalu terbawa. Adanya cairan
ini pada pemanasan akan meninggalkan bahan-bahan yang tidak mudah menguap. Langkah
selanjutnya yaitu pengeringan. Tujuannya untuk menghilangkan
kandungan air yang berasal dari pencucian endapan dan yang terakhir yaitu
penimbangan untuk mendapatkan berat konstan dari residu yang tertinggal di
kertas saring (Rohman dan Ginanjar, 2007).
Rumus penentuan kadar TSS
menurut (SNI 06-6989.3-2004) yaitu:
Dimana:
W0 : Berat awal (mg)
W1 : Berat akhir (mg)
V : Volume sampel (mL)
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Tarigan,
M. S., dan Edward. (2003). Kandungan Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi
tenggara. Jurnal Makara Sains,Vol 7, No 2, Hal 109-119.
Sugiharto. (1987). Dasar-dasar
Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press.
Klein, L. (1971). River
Pollution Volume 1. London: Butterworth.
Rivai,
H. (1994). Asas Pemeriksaan Kimia. Padang:
UI Press.
Rohman, A. dan Ginanjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Day,
R. A., dan Underwood, A. L. (2002). Analisis
Kimia Kuantitaif. Edisi kelima Jakarta: Erlangga .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar