Penentuan BOD secara Titrimetri
Biologyical
Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan
oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
dalam air untuk menguraikan bahan-bahan organik yang ada di dalam air. Peristiwa
penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di
dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air
lingkungan mengandung oksigen yang cukup (Wardhana, 2001).
Prinsip pemeriksaan BOD yaitu
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air secara
aerob dalam periode waktu tertentu pada suhu yang sudah ditetapkan. Hasil
oksidasi akan terbentuk karbondioksida, air dan amoniak. Reaksi ksidasi dapat
di tuliskan sebagai berikut:
Reaksi tersebut
memerlukan waktu kira-kira 2 hari agar 50 % reaksi telah tercapai, 5 hari
agar 75 % reaksi tercapai dan 20 hari
agar 100 % reaksi tercapai. Pemeriksaan BOD dapat digunakan untuk menaksir
beban pencemaran zat organik. Reaksi tersebut berlansung pada badan air sungai,
air danau maupun di instalasi pengolahan air buangan yang menerima air buangan
yang mengandung zat organik tersebut (Alaerts dan Santika, 1984).
Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan
pada temperatur inkubasi 20°C dan dilakukan selama 5 hari, hingga memenuhi
istilah yang lengkap BOD205 (angka 20 berarti temperatur
inkubasi dan angka 5 menunjukkan lama waktu inkubasi) (Alaerts dan Santika,
1984).
Jumlah zat organik yang ada di dalam
air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi
zat organik tersebut. Karena reaksi BOD dilakukan di dalam botol tertutup, maka
jumlah oksigen yang terpakai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam
larutan pada saat t = 0 (biasanya baru ditambah oksigen dengan aerasi, hingga =
9 mg O2/L, yaitu konsentrasi kejenuhan) dan kadarnya pada t = 5 hari
(konsentrasi sisa harus ≥ 2 mg O2/L). Oleh karena itu, semua sampel
yang mengandung BOD > 6 mg O2/L harus diencerkan supaya syarat
tersebut dipenuhi (Alaerts dan Santika, 1984).
Toksisitas, konsentrasi mikroorganisme,
bahan anorganik dan faktor-faktor lain sangat mempengaruhi tingkat reaksi. Nilai
BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya
mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan organik. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan oleh semakin
kecilnya sisa oksigen terlarut, berarti terdapat kandungan bahan organik yang
membutuhkan banyak oksigen (Nemerow,
1991). Kadar BOD dalam air yang tingkat pencemarannya rendah dan dapat
dikategorikan sebagai perairan yang baik berkisar 0-10 ppm (Salmin, 2005).
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan bahan pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan
untuk mendisain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar
tersebut. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan
air dicemari oleh zat organik. Bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut
dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian
ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau
busuk pada air tersebut (Alaerts dan Santika, 1984). Menurunnya oksigen
terlarut alam air dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme suatu biota
perairan. Jika konsentrasi oksigen yang terlarut terlalu rendah. Mikroorganisme
aerobik tidak dapat hidup dan berkembangbiak. Namun sebaliknya, mikroorganisme
yang bersifat anaerob akan menjadi aktif (Bapedalda Propinsi Lampung, 2003).
Seperti halnya pada klasifikasi derajat
pencemaran menurut kandungan DO, kualitas air juga dapat digolongkan
berdasarkan kriteria BOD suatu perairan. Klasifikasi derajat pencemaran
berdasarkan BOD dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini:
Penentuan
Biologycal Oxygen Demand (BOD) dapat
dilakukan secara titrimetri. Analisis titrimetri atau analisa volumetri adalah analisa
kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya. Penentuan BOD secara titrimetri termasuk
dalam titrasi iodometri. Sampel yang akan di analisis terlebih dahulu ditambah dengan
larutan MnSO4 dan KI-NaOH sehingga akan terjadi endapan MnO2.
Endapan dilarutkan dengan menambahkan H2SO4 atau HCl diiringi
dengan terjadinya pelepasan iodium. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)
dan menggunakan indikator larutan amilum. Reaksi kimia yang terjadi dapat
dirumuskan (Salmin, 2005):
Syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam analisis volumetri sebagai berikut:
1.
Reaksinya harus berlangsung sangat
cepat. Kebanyakan reaksi ion memenuhi syarat
ini.
2.
Reaksi harus sederhana serta dapat
dinyatakan dengan persamaan reaksi. Bahan
yang diselidiki bereaksi sempurna dengan senyawa baku dengan perbandingan kesetaraan stoikiometris.
3.
Harus ada perubahan yang terlihat
pada saat titik akhir ekuivalen tercapai, baik secara
kimia atau fisika.
4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi. Indikator juga dapat
diamati dengan pengukuran daya hantar
listrik (titrasi potensiometri/konduktometri).
Rumus penentuan kadar BOD yaitu:
mg/L = {(DO1 - DO2)} – {(B1 – B2)
× F } × p
Dimana:
OT1 : Oksigen
terlarut (DO) sampel 0 hari (mg/L)
OT2 : Oksigen
terlarut (DO) sampel 5 hari (mg/L)
B1 : Oksigen
terlarut (DO) air pengencer 0 hari (mg/L)
B2 : Oksigen
terlarut (DO) air Pengencer 5 hari (mg/L)
P : Pengenceran
F : Faktor pengenceran
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G., dan Santika, S. S. (1984). Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional
Nemerow, N. L. (1991). Stream,
Lake, Estuary and Ocean Pollution. Second Edition. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Salmin. (2005). Oksigen
Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator
Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Osean, Volume 30, Nomor 3, Hal 21-26.
Wardhana, W. A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar