Penentuan kadar Chemical Oxygen
Demand (COD) dengan Metode Spektrofotometer
UV-VIS
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah
jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung
dalam air. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia
dengan menggunakan oksidator kuat kalium dikromat pada kondisi asam dan panas dengan
katalisator perak sulfat, sehingga semua bahan organik, baik yang mudah terurai
maupun yang kompleks dan sulit terurai, akan teroksidasi. Jadi COD menggambarkan
jumlah total bahan organik yang ada (Boyd, 1990).
Prinsip analisa COD menurut Mahida (1984) yaitu sebagian
zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7
dalam keadaan asam yang mendidih. Bahan buangan organik akan dioksidasi
oleh kalium dikromat menjadi gas CO2 dan H2O serta
sejumlah ion krom (III). Kalium dikromat atau K2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent). Oksidasi terhadap bahan buangan organik akan mengikuti reaksi
berikut ini:
CnHaObNc + dCr2O72-
+ (8d+c) H+ → nCO2 +
H2O + 2dCr3+ + cNH4+
Reaksi
tersebut perlu pemanasan yang dilakukan selama 2 jam pada suhu 105°C
menggunakan alat COD reaktor yang berfungsi agar zat organik volatil tidak
keluar dan juga penambahan katalisator perak sulfat (AgSO4) sebagai
katalisator untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik
diperkirakan ada unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu
ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan klorida tersebut. Unsur
klorida dapat mengganggu karena akan teroksidasi oleh kalium dikromat sesuai
dengan reaksi berikut ini:
Apabila dalam larutan air lingkungan
terdapat klorida, maka oksigen yang diperlukan pada reaksi tersebut tidak
menggambarkan keadaan sebenarnya.Tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik
tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat berfungsi untuk
mengikat ion klorida menjadi merkuri klorida mengikuti reaksi berikut ini:
Hg2+ (aq) +
2Cl- (aq) → HgCl2 (s)
Warna larutan air lingkungan yang
mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Apabila
reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang
diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan
jumlah kalium dikromat yang digunakan pada reaksi tersebut. Semakin banyak
kalium dikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, maka semakin banyak oksigen
yang diperlukan.Hal ini berarti bahwa air lingkungan semakin banyak tercemar
oleh bahan buangan organik (Mahida, 1984).
Penetapan
chemical oxygen demand (COD)
digunakan untuk mengukur banyaknya oksigen setara dengan bahan organik yang ada
di dalam sampel air, yang mudah dioksidasi oleh senyawa kimia oksidator kuat. COD
merupakan banyaknya oksidator kuat yang diperlukan untuk mengoksidasi zat
organik dalam air, dihitung sebagai mg/L O2 (Tresna, 2000).
Besarnya
nilai COD menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan,
misalnya kalium dikhromat K2Cr2O7, untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air. Uji COD merupakan
suatu cara untuk mengetahui jumlah bahan organik yang lebih cepat daripada uji
BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan (Fardiaz, 1995).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen trelarut dalam air (Alaerts dan Santika, 1984). Air dengan
kadar COD yang tinggi dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut sehingga
mempengaruhi kelangsungan hidup organisme akuatik (Sutamihardja dan Husin,
1983).
Kadar
COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan
pada perairan tercemar lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat
mencapai 60.000 mg/L (UNESCO, WHO/UNEP, 1991 dalam Warlina, 2004).
Penentuan
kadar COD dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis.
Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (COD) menurut SNI 6989.2:2009 adalah senyawa
organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72-
dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mgL-1)
diukur secara spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 420 nm.
Spektrofotometer adalah alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar
dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah
alat untuk pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Khopkar,
1990). Spektrofotometer merupakan sebuah instrumen yang mengukur absorbansi atau
penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom
atau molekul. Molekul dalam daerah energi ini akan mengalami transisi elektron
(Clark, 1993).
Prinsip
kerja spektrofotometer UV-Vis yaitu larutan yang berwarna dalam tabung reaksi
khusus dimasukkan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau % transmitansi dapat
dibaca pada skala pembacaan. Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan
memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengaturan panjang gelombang
hanya sinar yang monokromatis dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati
larutan dideteksi oleh fotodetektor (Hendayana, 1994).
Spektrofotometer
UV-Visible bekerja pada kisaran
panjang gelombang 200-400 nm untuk daerah UV dan 400-780 nm untuk daerah Visible (Khopkar, 1990). Pada dasarnya komponen
spektrofotometer UV-Vis hanya terdiri atas sumber energi cahaya, monokromator
dan detektor. Tetapi, agar membaca hasil lebih sempurna dan cepat dilakukan
beberapa tambahan komponen sehingga komponen spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1.
Sumber energi cahaya
Cahaya yang
bersinambungan meliputi daerah spektrum dalam, dimana instrumen ini dirancang
untuk beroperasi. Sebagai sumber cahaya digunakan lampu wolfram untuk bagian spektrum yang terlihat (visual) pada sekitar
330 nm sedangkan sebagai sumber cahaya yang kontinyu untuk UV dipakai lampu
deuterium.
2.
Monokromator
Pada isolator panjang gelombang akan merubah cahaya polikromatis
menjadi monokromatis. Monokromator ini dapat berupa filter berwarna, prisma
atau diffraction grating.
3.
Tempat sampel (kuvet)
Pemakaian
kuvet untuk visual cukup dengan kuvet kaca dapat terbuat dari berbagai macam
bahan seperti gelas maupun plastik tetapi untuk UV harus dari bahan kwarsa yang
bervolume 3cm3 dan berpenampang 1 cm. Beberapa spektrofotometer
mempunyai 2 saluran (tempat) kuvet untuk pengukuran absorbansi blanko dan
sampel.
4.
Detektor
Fungsinya
untuk mendeteksi sampel dengan engubah energi sinar menjadi energi listrik.
Berupa transurted yang mengubah
energi cahaya menjadi isyarat listrik detektor yang bisa digunakan dalam
spektrofotometer adalah photo multilapis
tube photocell atau photodiode.
5.
Recorder
Sinyal
dari detektor biasanya diperkuat kemudian direkam sebagai spektrum yang
berbentuk puncak-puncak. Plot antara panjang gelombang dan absorbansi akan
menghasilkan spktrum (Hendayana, 1994).
Spektrofotometri
UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Absorbsi cahaya UV-Vis
mengakibatkan transisisi elektron, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital
keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi
lebih tinggi. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena
molekul tersebut mengandung elektron, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi (Sastrohamidjojo, 1991).
Keuntungan
dan kekurangan tes COD
a. Keuntungan
· Analisa COD hanya memerlukan waktu kurang
lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD
memerlukan waktu 5 hari.
· Untuk menganalisa COD antara 50 sampai
800 mg/L, tidak dibutuhakan pengenceran
sampel sedang pada umumnya analisa BOD selalu membutuhkan
pengenceran.
· Ketelitian dan ketepatan tes COD adalah 2
sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD.
· Gangguan dari zat yang bersifat racun
terhadap mikroorganisme pada tes BOD,
tidak menjadi soal pada tes COD.
b. kekurangan
Tes
COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia
yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga
merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal diatas maka tes COD tidak dapat
membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat
yang teroksidasi secara biologis (Alaerts dan Santika, 1984).
Rumus penentuan kadar COD berdasarkan
kurva kalibrasi:
Y = mx + c
Dimana:
m :
Slope
c :
Intersep
x :
Konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, S.S.
(1984). Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Boyd, C. E.
(1990). Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station. Alabama: Auburn University.
Hendayana,
S., Kadarohman, A., Sumarna, A.A., dan Supriatna, A. (1994). Kimia Analitik
Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Mahida, U.
N. (1984). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: C.
V. Rajawali.
Sastrohamidjojo,
Hardjono. (1991). Dasar-dasar Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.
Tresna, Sastrawijaya.
(2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Fardiaz, Srikandi.
(1995). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Sutamihardja,
R. T. (1983). Water Pollution Analysis Technique. In UNESCO-BIOTROP Training
Seminar in Environmental Science and Management. Bogor: SEAMEO-BIOTROP.
Khopkar, S.M.
(1990). Basic Consept of Analitycal Chemistry, Diterjemahkan oleh
Saptorahardjo. Jakarta: Ui Press.
Clark. B.J.
(1993). UV Spectroscopy Techniques
Instrumentations, Data Handing. London:
Chapman dan Hall.
Dengan Hormat,
BalasHapusPerkenalkan kami dari PT.TWIN Logistics merupakan sebuah Perusahaan yang bergerak dibidang jasa Import-Export/ International Freight Forwarding jasa pengurusan barang Import-Export kepabean (PPJK).Baik Via Laut maupun Via Udara, PT.TWIN Logistics yang berdomisili di Jakarta Timur dan kami siap membantu segala kebutuhan yang berhubungan dengan proses Kepabeanan, Customs Clearance, Borongan (All-ln), Door To Door, Undername, Domestics maupun Transportasi barang keseluruh wilayah Indonesia. Kami menyediakan penyewaanbendera perusahaan (Under-Name) Guna untuk kelancaran dalam bidang Import-Export Services.
NOT: (JIKA ADA BARANG IMPORT YANG TERTAHAN DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK ATAU DI SOEKARNO HATTA KAMI SIAP MEMBANTU UNTUK CUSTOMS PENGELUARANNYA).
BEA CUKAI: JALUR HIJAU
Services Kami
Adapun kegiatan/layanan utama kami saat ini adalah sebagai berikut :
- Pengiriman Door to Door Service
- Undername Export & Import Udara
- Undername Export & Import Laut FCL/ LCL
- Customs Clearance Laut dan Cargo Udara( Ex-Lisensi)
- Transportasi Laut FCL/ LCL
- Transportasi Udara
- Cargo pengawasan
- Pergudangan dan penyimpanan
- Penyelesaian pengurusan pengiriman barang Import-Export, kami siap memberikan solusi nya.
Catatan:
* Untuk Pajak Import, D/O, Sewa Gudang/ Penumpukan dan biaya yang lainnya Sesuai Kwitansi dari instansi terkait.
* Untuk Import Borongan (All-In) harga bisa bernegosiasi .
* Pembayaran dilakukan Cash on delivery (COD).
Daerah Operasional Services Kami sebagai berikut:
- Bandara Internasional Soekarno-Hatta
- Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta)
- Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya)
- Pelabuhan Tanjung Emas (Semarang)
- Pelabuhan Belawan (Medan)
- Pelabuhan Dwikora (Pontianak)
Best Regards,
Mr. Andi JM
Hp Whatssapp : 0819-0806-0678 / 0813-8186-4189
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == = = = =
PT. TWIN Logistics
Jl. Raya Utan Kayu No.105 B Jakarta Timur 13120 Indonesia
Phone : +62 21 8498-6182, 8591-7811 Fax : +62 21 8591-7812
Email : andijm.logistics@gmail.com, pt.twinlogistics@asia.com
Web : www.twinlogistics.co.id